Dalam memahami suatu karya sastra, pembaca tidak semata-mata hadir untuk mengetahui tokohnya saja, yang lebih terpenting adalah memahami penokohannya. Melalui penokohan, pembaca dapat mengetahui karakter, tabeat, atau sifat yang diperankan tokoh.
Tujuannya agar pembaca menikmati kisah yang terjalin dalam sebuah karya sastra. setiap pengarang ingin agar pembaca memahami setiap karakter dan motivasi dalam karyanya dengan benar. Artinya, tokoh akan bertindak sesuai dengan motivasinya.
Motivasi diartikan sebagai sebuah alasan atas reaksi baik disadari maupun tidak. Penggambaran alasan atas reaksi tokoh dapat dicermati melalui bahasa dan sikapnya (Stanton, 2012:34).
Gambar: Pengertian Penokohan |
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan karakter atau watak tokoh-tokohnya. Watak yang digambarkan dalam karya sastra bersifat rekaan, fiksi, dan sengaja dibuat-buat. Meskipun telah mengetahui bahwa sebenarnya watak yang digambarkan tidak sepenuhnya benar, bahkan tidak benar, tetapi pembaca tetap menikmati watak-watak yang dimiliki setiap tokoh. Hal itu disebabkan oleh adanya kesamaan watak tokoh dalam karya sastra dengan watak tokoh dalam kehidupan nyata, yang sengaja dibuat pengarang, agar pembaca merasakan bahwa sebenarnya tokoh-tokoh itu adalah representasi kehidupan nyata. Pengarang berusaha membangun sebuah totalitas perwatakan pada setiap tokoh-tokohnya agar menjadi kompleks. Kompleksitas itu dihadirkan pengarang melalui perbedaan watak setiap tokoh.
Hardy (dalam Sukada 2013:72) mengatakan bahwa aspek perwatakan merupakan imaji penulis dalam membentuk suatu personalitas tertentu dalam ceritanya. Pembaca harus merasakan bahwa tokoh-tokoh tersebut berkelakuan seperti dalam kehidupan sebenarnya.
Secara umum penokohan dapat dilukiskan melalui dua cara yaitu konkret dan abstrak. Penokohan secara konkret adalah penggambaran tokoh yang dapat dilihat dari gerak-gerik atau perilakunya. Sementara dalam bentuk abstrak adalah penggambaran watak tokoh yang dapat dilihat melalui keyakinan, idiologi, dan cara berpikirnya.
Sehandi (2016:55) mengemukakan bahwa watak atau karakter tokoh dilukiskan pengarang dengan cara langsung maupun tidak langsung.
Sementara Lajos Egri dalam Ratna (2014:249) mengemukakan penokohan dapat dilukiskan melalui tiga cara yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Penokohan yang dilukiskan secara fisiologis adalah penggambaran watak tokoh melalui aspek-aspek fisik seperti tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, dan cara berjalan.
Penokohan yang dilukiskan secara sosiologis adalah penggambaran watak tokoh melalui cara tokoh hidup didalam lingkungan masyrakat. Penokohan yang dilukiskan secara psikologis adalah penggambaran watak tokoh melalui gejala-gejala pikiran, perasaan, dan keinginannya. Sebenarnya, kedua pendapat ahli di atas memiliki kesamaan, hanya saja berbeda dalam pengungkapan istilahnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penokohan adalah tabeat, watak atau karakter, perilaku, dan cara berpikir tokoh yang ditampilkan sepanjang kisah itu diceritakan. Penokohan dalam cerita bersifat fiktif dan dibuat-buat oleh pengarang. Namun tokoh tersebut merupakan representasi watak-watak tokoh dalam kehidupan nyata. Perwatakan setiap tokoh dalam suatu cerita tidak selalu sama, tetapi berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk memberikan kompleksitas perwatakan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita ada tiga cara untuk melukiskan watak, sikap, dan cara berpikir tokoh. Ketiga pelukisan itu yaitu secara fisiologis, sosiologis, dan psikologis.
Sumber: Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sekian uraian tentang Pengertian Penokohan Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.