Latar adalah salah satu unsur struktural karya sastra. Kehadirannya menjadi penting, karena akan mendukung tokoh dalam mengemban peristiwa. Dengan adanya latar, maka tindakan yang dilakukan tokoh menjadi jelas.
Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Mido (dalam Sehandi, 2016:56) mengemukakan bahwa latar adalah gambaran tentang tempat waktu, dan situasi terjadinya peristiwa. Semakin jelas dan menarik latar yang digambarkan pengarang, maka kualitas karyanya akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kabur latar yang digambarkan, maka kualitas karya sastra akan semakin rendah.
Selanjutnya Aminuddin (2013:67) mengemukakan setting adalah latar peristiwa dalam karya fiktif, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa. Sebagaiman tema, tokoh dan penokohan, setting pun bersifat fiktik. Setting memiliki dua fungsi. Fungsi pertama adalah fungsi fisikal. Fungsi kedua adalah fungsi psikologis. Fungsi fisikal adalah fungsi yang menggambarkan setting secara konkret atau dapat dilihat secara kasat mata, sedangkan fungsi psikologis adalah fungsi yang menggambarkan setting secara abstrak atau tidak dapat dilihat secara kasat mata (hanya bisa dirasakan).
Berbeda dengan Aminuddin, Abrams (dalam Siswanto, 2013:135) mengemukakan latar cerita adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.
Gambar: Pengertian Latar |
Pendapat lain dikemukakan Leo Hamalin dan Frederick R. Karel (dalam Aminuddin, 2013:68) bahwa setting karya sastra bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun problem tertentu. Contohnya, ketika seorang anak perempuan belum pulang ke rumah, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 24.00, maka orang tua terutama ibu akan merasa gelisah dan sedih. Latar dihadirkan dalam suatu cerita dengan maksud atau tujuan. Maksud atau tujuan itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, latar dihadir untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya. Kedua, latar dihadirkan, karena mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita. Ketiga, latar dihadirkan untuk menciptakan atmosfer yang bermanfaat (Tarigan, 2011:137).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah cerita akan senantiasa berlangsung pada ruang, waktu, suasana, serta adat istiadat. Latar ruang dapat berupa tempat tinggal, desa, kota, atau wilayah yang lebih luas. Latar waktu dapat berupa siang, malam, hari, bulan atau tahun. Bahkan waktu dapat menunjukkan lamanya cerita berlangsung, sejam, sehari, sebulan, dan beberapa tahun. Latar suasana dapat berupa cuaca atau periode sejarah. Sementara adat-istiadat dapat berwujud benda-benda, cara berpakaian, dan cara berbicara dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sekian uraian tentang Pengertian Latar Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.