Pengertian Model Problem Solving
Menurut Agus Suprijono (2011) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Nana Sudjana (2010) mengemukakan model mengajar pemecahan masalah (problem solving) merupakan model yang mengandung aktivitas belajar peserta didik cukup tinggi. Model ini tepat digunakan untuk mengajarkan konsep dan prinsip. Aktivitas mental yang dapat dijangkau melalui model ini antara lain mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakanm menyimpulkan, menerapkan, menyintesis, menilai dan meramalkan. Model pemecahan masalah ini menitikberatkan pada aktivitas belajar peserta didik dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Akivitas peserta didik dimulai dengan mengidentifikasi masalah, kemudian mencari alternatif pemecahan masalah, menilai setiap alternatif pemecahan masalah, dan menarik kesimpulan alternatif yang tepat sebagai jawaban dari masalah tersebut. Mengidentifikasi masalah adalah menemukan persoalan dari konsep – konsep dan bahan pengajaran yang disampaikan guru, kemudian merumuskannya dalam bentuk pertanyaan. Alternatif pemecahan masalah adalah mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber, yaitu buku pelajaran, pengalaman, fakta yang ada dan sumber lainnya. Menilai alternatif pemecahan masalah berarti mempertimbangkan jawaban yang paling tepat diantara alternative yang ada, menarik kesimulan artinya merumuskan jawaban masalah yang telah dpiih berdasarkan penilaian setiap alternative.
Gedge (dalam Made Wena, 2009) , mendifinisikan pemecahan masalah sebagai proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan dalam upaya mengatasi situasi baru. Pemecahan masalah tidak sekedar menerapkan aturan –aturan yang telah ada dari kegiatan belajar terlebih dahulu, namun lebih dari itu yaitu suau proses untuk menghasilkan suatu aturan ang memiliki tingkat lebih tinggi.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki seorang peserta didik untuk masa depannya. Aktivitas pembelajaran pada umumnya tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak – banyaknya melainkan juga bagaimana cara menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah – masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Suharsono ( dalam Made Wena, 2009 : 53)
Model penyelesaian masalah (problem solving) menurut J. Dewey dalam Wina Sanjaya (2002:215) dirangkum kedalam enam tahapan yaitu :
- Merumuskan masalah, yaitu langkah peserta didik menentukan beberapa masalah yang akan dipecahkan.
- Menganalisis masalah, yaitu langkah peserta didik meninjau masalah denganberpikir secara kritis dari berbagai sudut pandang.
- Merumuskan hipotesis, yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
- Mengumpulkan data, yaitu langkah peserta didik mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
- Pengujian hipotesis, yaitu langkah peserta didik mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
- Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah peserta didik menggambar rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Model pembelajaran problem solving di dasarkan atas langkah berpikir ilmiah. Dikatakan langkah berpikir ilmiah karena menempuh alur – alur berpikir yang jelas, logis, dan sistematis. Model pembelajaran ini sangat tepat sekali diterapkan pada pembelajaran yang bersifat ekperimental, penelitan dan sejenisnya, dimana peserta didik diminta untuk membuktikan dugaan – dugaan berdasarkan data dan informasi yag telah diperolehnya. Dalam prakteknya model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) memiliki langkah – langkah sebagai berikut : (1) merumuskan masalah, (2) Membuat hipotesis dugan jawaban masalah, (3) Mengumpulka data, (4) Menguji hipotesis, (5) Menarik kesimpulan, dan di akhi dengan (6) Peneraan atau aplikasi (Nana Sudjana 1996).
Nana Sudjana (1996) menyatakan ada beberapa cara untuk melakukan pengujian dugaan sementara pada model pembelajaran pemecahan masalah ( Problem Solving ), antara lain sebagai berikut :
- Setiap kelompok diberikan bahan – bahan tertulis misalnya buku atau sumber – sumber lainya yang berkaitan dengan konsep, prinsip, hokum dan kaidah yang telah dijelaskan. Dengan bahan – bahan tersebut peserta didik diminta menggali keterangan lebih lanjut yang berkaiatan dengan masalah dan dugaan jawaban yang telah ditetapkan.
- Setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan atau praktikum untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan sementara. Cara ini cocok sekali untuk mata pelajaran IPA yang memungkinkan banyak melakukan kegiatan percobaan.
- Kelompok peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan praktek lapangan di luar ruangan kelas. Misalnya mengamati proses, dialog, wawancara, mempelajari kejadian untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menguji kebenaran jawaban sementara.
- Peserta didik memperoleh pengalaman praktis, baik di labratorium maupun di lapangan.
- Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan karena tidak terikat di dalam kelas.
- Bahan teori lebih dipahami dan dihayati peserta didik karena teori disertai dengan praktek.
- Peserta didik dapat memiliki pengalaman lebih banyak dikarenakan memperoleh berbagai sumber baik tertulis maupun tidak tertulis.
- Interaksi sosial antar peserta didik lebih banyak terjadi karena dalam pelaksanaannya setiap langkah pembelajaran ini berlangsung di dalam kelompok.
- Peserta didik belajar melakukan analisis dan sintesis secara stimulant untuk memperoleh data atau menguji jawaban sementara berdasarkandata dan informasi yang telah dieroleh sebelumnya.
- Membiasakan peserta didik berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.
- Membutuhkan sumber – sumber, sarana, dan waktu yang cukup untuk kegiatan belajar peserta didik.
- Kegiatan pembelajaran harus di bawah kendali dan control guru, karna apabila tidak hal tersebut dapat beresiko bagi peserta didik, misalnya keselamatan kerja di dalam laboratorium.
- Apabila masalah yang akan dipecahkan kurang berbobot, maka usaha para peserta didik asal – asalan sehingga cenderung untuk menerima dugaan atau jawaban sementara.
Sumber:
Nana Sudjana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung.
Sekian uraian tentang Pengertian Model Problem Solving Menurut Para Ahli, semoga bermafaat..!